Rilya Rumbayan, Politeknik Negeri Manado,
2014.
“Diagnosis kesehatan
beton adalah mengidentifikasi sifat-sifat penyakit pada beton atau membedakan satu
penyakit dari yang lainnya pada beton. Diagnosis dapat dilakukan melalui
pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan dapat dibantu oleh program
komputer. Teknologi uji tak merusak merupakan satu tool yang berkembang pesat saat ini
untuk diagnosis kesehatan beton.”
Pada milenium
ketiga ini ada tiga bahan struktur bangunan yang utama, yaitu beton, baja dan
kayu. Dari ketiganya, yang paling banyak dijumpai adalah beton, mulai
dari bahan untuk pembuatan pipa, pondasi, bendungan, jembatan, sampai gedung
pecakar langit.
Beton bertulang umumnya digunakan sebagai bahan konstruksi untuk struktur
bangunan. Salah satu mekanisme kerusakan yang paling signifikan dalam
beton bertulang adalah korosi tulangan baja, yang mengakibatkan kerusakan di
bawah permukaan beton. Pada saat tulangan baja mengalami korosi, akan ada
perubahan volume yang menyebabkan terjadinya tegangan tarik pada beton
sekitarnya. Tegangan tarik ini mengakibatkan retakan di bawah permukaan
beton (selimut beton) maupun di lokasi dekat tulangan itu sendiri. Retak
di bawah permukaan beton ini biasanya disebut sebagai delaminations. Proses kerusakan ini dapat
berlanjut sehingga mengakibatkan spalling pada
beton, dimana lapisan permukaan beton terlepas dari elemen struktur
utamanya.
Penyakit-penyakit
pada beton in (retak, delamination dan spalling) yang terjadi akibat dari
korosi tulangan baja di beton dapat mempengarui integritas struktur beton dan
menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut. Deteksi awal terhadap jenis
penyakit-penyakit ini menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan
perbaikan dan pemeliharaaan kesehatan struktur beton itu sendiri. Tulisan
ini bertujuan untuk menginformasikan secara singkat hasil penelitian teknologi
uji tak merusak untuk mengdiagnosis kerusakan pada beton.
Metode yang paling umum digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan di bawah
permukaan beton dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu: metode
konvensional dan metode uji tak merusak (Non Destructive Inspection, NDI). Metode konvensional diantaranya adalah
metode kekerasan permukaan (Schmidt rebound hammer) dan
metode pemboran inti (Drilled cores).
Metode kekerasan permukaan merupakan cara yang paling sederhana, ringan dan
mudah dilakukan, yaitu dengan menekan permukaan beton dengan hammerdibeberapa titik pengamatan. Jarak pantulan
suatu massa terkalibrasi yang mengenai permukaan beton-uji digunakan sebagai
kriteria kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini dihubungkan dengan
kuat tekan beton normal, sehingga apabila kekerasan beton tidak relevan dengan
kekuatan tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan alat ini perlu
dilakukan kalibrasi tersendiri.
Metode pemboran inti merupakan pengujian dengan pengambilan sample melalui
pemboran inti beton berdiameter 10 cm yang selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan test kuat tekan dan kuat tarik. Agar pengambilan sample
dengan metode pemboran inti tidak memotong tulangan dalam beton, biasanya
digunakan bar detector untuk menentukan
posisi tulangan. Kedua metode konvensional ini memerlukan akses langsung
ke permukaan beton yang akan diperiksa, bersifat subjektif, dan relatif tidak
akurat.
Metode uji tak merusak didefinisikan sebagai metode pengujian untuk menguji
suatu objek, material atau system tanpa menimbulkan kerusakan atau mempengaruhi
kegunaannya setelah dilakukan pengujian. Teknik ini semakin sering
dipertimbangkan untuk mengdiagnosis kerusakan pada struktur beton karena
keunggulannya dibandingkan dengan metode konvensional. Beberapa teknologi
uji tak merusak yang berkembang pesat saat ini adalah Ultrasonic Pulse Velocity(UPV), Impact Echo (IE), Ground
Penetrating Radar (GPR) dan Infrared (IR) Thermography. Penjelasan terperinci tentang
prinsip dasar, instrumentasi yang digunakan, teknik analisis data, dan
keunggulan serta keterbatasan teknologi-teknologi tersebut dalam aplikasinya
pada stuktur beton tersedia lengkap pada dokumenAmerican Concrete Institute (ACI) Report 228.2R-98..
Teknologi Infrared (IR) Thermography adalah
satu-satunya metode yang tidak memerlukan akses langsung ke permukaan yang akan
diperiksa. Teknologi ini dapat memeriksa target dari jarak yang relative
jauh (sampai dengan jarak 30 meter) jika menggunakan lensa optik yang
tepat.
IR Thermography bekerja
berdasarkan dua prinsip dasar yaitu: (1) semua permukaan suatu objek akan
memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik, dan (2) kerusakan di
bawah permukaan beton mempengaruhi sistem perpindahan panas pada struktur
beton. Teknologi ini memanfaatkan energi panas yang dipancarkan oleh
permukaan suatu benda untuk mengkarakterisasi kondisi di bawah permukaannya.
Penyakit di bawah permukaan beton, seperti retakan,delaminations dan spalling mempengaruhi
laju perpindahan panas melalui ketebalan beton dan karenanya menghasilkan
perbedaan temperatur pada permukaan beton, dibandingkan dengan temperatur pada
daerah yang sehat. Temperatur permukaan beton-uji diperoleh dari kamera
termografi dalam bentuk gambar real time, yang
selanjutnya datanya dianalisis untuk mengdiagnosis kerusakan di bawah permukaan
beton-uji.
Teknologi IR Thermographic merupakan
alat praktis untuk mendiagnosis kerusakan di bawah permukaan beton dari jarak
relative jauh dan tanpa memerlukan akses langsung ke permukaan beton-uji
seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, efektivitas teknologi
ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan pada sebelum dan saat pengujian
dilakukan.
Hasil pengujian di
lapangan bervariasi sesuai dengan parameter kondisi lingkungan disekitar
beton-uji, seperti radiasi panas dari matahari, temperatur udara, kecepatan
angin, dan curah hujan. Selain itu, hasil pengujian di laboratorium pada
beton-uji yang disiapkan bervariasi sesuai dengan karakteristik kerusakan di
bawah permukaan beton (yaitu kedalaman dan ketebalan kerusakan). Analisis
korelasi hasil pengujian di lapangan dan hasil pengujian di laboratorium
dibandingkan untuk tujuan verifikasi.
Seiring dengan berkembangnya teknologi komputer, maka dapat mengubah sifat
pengujian dari secara fisik menjadi pemodelan dengan komputer yang lebih cepat
dan akurat. Keandalan teknologi IR Thermography diuji
dengan pemodelan secara numerikal menggunakan komersial software dengan memasukkan data-data seperti yang
terekam dalam pengujian di lapangan. Hasil pemodelan kemudian
dikorelasikan dengan hasil pengujian di lapangan dan pengujian di laboratorium
dengan perbandingan langsung.
Luaran penelitian ini telah memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman dan
standart untuk pemeriksaan terhadap kerusakan struktur beton dengan menggunakan
teknologi IR thermographic.
Dibalik peluang potensi pengembangan teknologi uji tak merusak untuk
mengdiagnosis penyakit dalam pada struktur beton tentunya terdapat tantangan.
Salah satu kendala pengembangan teknologi ini adalah biaya investasi yang
relative besar untuk pembelian alat uji tak merusak, termasuk program software komputer yang mempermudah analisis data
hasil pengujian. Selain itu, ketersediaan sumber daya manusia yang
berkompeten di bidang teknologi tak merusak pada beton masih relative
terbatas. Solusi yang dapat diberikan dalam kendala pengembangan
teknologi uji tak merusak ini diantaranya melalui :
1. Pengembangan kerjasama
riset perguruan tinggi dengan lembaga-lembaga penelitian yang terkait,
diantaranya seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
2. Pengembangan kerjasama
dengan pihak mitra industri konstruksi dengan menawarkan jasa pengujian
struktur beton dengan menggunakan teknologi uji tak merusak.
3. Pengembangan kerjasama
dengan asosiasi yang terkait, dalam hal ini Asosiasi Uji Tak Rusak Indonesia
(AUTRI).
4. Pengadaan pelatihan, workshop dan training yang
terkait dengan penggunaan teknologi uji tak rusak pada struktur beton.
Secara umum beton
adalah material yang paling banyak dipakai dalam struktur bangunan, sehingga
diperlukan penelitian yang berkesinambungan untuk mendapatkan beton yang
mempunyai ketahanan yang tinggi selama jangka waktu yang direncanakan.
Penelitian teknologi uji tak merusak pada struktur beton masih memberi
ruang luas untuk dikaji dan dikembangkan sehingga dapat memberikan manfaat langsung
bagi industri konstruksi dan masyarakat. Arah penelitian teknologi uji
tak rusak antara lain adalah:
1. Penerapan teknologi
uji tak merusak dalam menunjang infrastuktur yang berkelanjutan (sustainability infrastructure).
2. Investigasi kelayakan
struktur beton dengan menggunakan teknologi uji tak merusak pada bangunan pasca
gempa dan pasca banjir (dalam rangka mitigasi bencana), serta pasca kebakaran.
3. Investigasi keakuratan
dan keandalan teknologi uji tak merusak untuk stuktur beton.
Sumber:
Penulis Rilva Rumbayan
http://jikti.bakti.or.id/updates/diagnosis-kesehatan-beton-dengan-teknologi-uji-tak-merusak
No comments:
Post a Comment